Sabtu, 22 Januari 2011

Profesional Mukmin


PROFESIONAL MUKMIN ™►

Oleh : ©Muhammad Dive™
Jakarta, 26 September 2010.




N.O.T.E. :
Untuk mendengarkan rekaman audio presentasi yang di maksud,
silakan KLIK "Attachment" di bagian paling bawah catatan ini





Bismillaahirrohmaanirrohiim…

Assalamu’alaykum warohmatullaahi wabarokaatuh


Ikhwaanii wa Akhwaatii yang dirahmati oleh Allah swt…

Tidak diragukan lagi bahwa dunia Broadcasting insyaAllah akan terus hidup berdampingan bersama berkembangnya Skill dan Teknologi. Dengan kata lain, ia belum akan mati selama bidang Komunikasi—Bisnis—dan Promosi masih tetap menjadi lahan pekerjaan dan penghasilan bagi sebagian umat manusia.

Ketika mereka harus bersinergi antara dunia Broadcasting—Skill dan Teknologi—dengan bidang Komunikasi, Bisnis, dan Promosi, maka terbentuknya persaingan dari setiap pelaku merupakan suatu bentuk fakta yang tidak dapat dielakkan. Lantas pihak manakah yang unggul, atau menjadi pemenang ketika ia memutuskan diri menjadi professional pada salah satu bidang ataupun lebih, dari berbagai lahan yang tersedia?

Untuk menjawab pertanyaan ini, insyaAllah terdapat 2 (dua) pilihan, dimana salah satunya menurut kami M.U.T.L.A.K. dan merupakan keimanan. Adapun salah satu lainnya bersifat bebas sebagaimana terbentuk selama ini, dimana mereka menganggap bahwa apa yang dikerjakannya tidak berhubungan dengan syari’at Islam. Jadi, meski ilmu dan sistem yang diterapkan itu bersumber dari pengetahuan orang-orang Kafir lagi ingkar kepada syari’at Islam, rupanya mereka pun membenarkannya dan di anggap dapat memberhasilkan dirinya !?

Sedangkan prinsip unggul dan menjadi pemenang menurut kami adalah, apabila segala sesuatu yang kita kerjakan diridhai oleh Allah swt, dan insyaAllah membawa keberhasilan pula dalam kehidupan di dunia hingga selamat sampai kepada tujuan akhir (Akhirat). Jadi dalam hal ini BUKAN “berhasil-nya” yang di ‘stressing’ ataupun menjadi tujuan utama, sehingga engkau berani menggadaikan akidah dan menentang syari’at Islam. Akan tetapi ilmu pengetahuan dan keberkahan-Nya-lah yang harus menjadi tolok ukur bagi keberhasilan setiap professional Mukmin.


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujaadilah {58}:11).

Wallaahi, apakah engkau berani mengingkari bahwa segala bentuk ilmu dan pengetahuan, termasuk dunia Broadcasting—Skill dan Teknologi—serta bidang Komunikasi, Bisnis, dan Promosi yang saat ini telah diketahui oleh manusia, adalah BUKAN bersumber dari Allah subhanahu wa ta’ala !? Na’udzubillah, maka istighfar-lah jika engkau berpikiran demikian. Sebab, “Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.” (QS. Ali Imran {3}:109).

Dengan demikian, hijab apakah yang telah menghalangi ‘pandangan’ manusia sehingga mereka mengingkari ketentuan MUTLAK dari Rabb-nya !? Sungguh ini disebabkan karena mereka telah diperintah untuk mengingkari thoghut (syaithon), namun mereka justru berbuat syirik—ingkar—serta memutar balik yang bathil menjadi haqq, dan menganggap yang haqq menjadi bathil. Maka orang-orang seperti inilah yang selalu durhaka kepada syari’at Islam.

Ketika terbentuk ketidak-pahaman, lalu seseorang bertanya lagi meski di atas sudah di sampaikan; “Mengapa ketika saya mengerjakan sesuatu harus sejalan dengan syari’at Islam, sedangkan ini adalah urusan pekerjaan dan tidak ada hubungannya dengan agama!?”

MasyaAllah, ketahui dan sadarilah wahai diri yang tertipu, bahwa untuk perkara rezeki maupun keberhasilan di dunia ini, maka Allah subhanahu wa ta’ala sungguh Mahaberkehendak dan Mahaadil kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya. Sehingga engkau dapat menyaksikan dari orang-orang Kafir—Munafiq—dan Fasiq yang jelas-jelas INGKAR kepada Allah swt dan Rasulullah saw itu, tetapi (kenyataannya) Allah tetap menitipkan rezeki dan keberhasilan bagi orang-orang sesat tersebut.

Masalahnya, apakah kehidupan dan kesuksesan di dunia ini engkau anggap sebagai puncak tertinggi dari kehidupan (abadi) yang sebenarnya !? T.I.D.A.K., sungguh bahwa Akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, dan engkau harus mempertanggung-jawabkan segala sesuatunya di hadapan Allah swt Rabb Semesta Alam. Sedangkan pilihan di alam Akhirat ini hanya 2 (dua), yakni Jannah atau Jahanam. Apabila dirimu ingin selamat hidup abadi di Jannah-Nya, sungguh hanya dengan “sami’na wa atho’na” kepada Allah dan Rasul-Nya ketika hidup di dunia, merupakan ketentuan mutlak yang insyaAllah sebagai jalan untuk meraih hidayah—keberkahan—serta keselamatan dari Allah swt. “Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada dien yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah.” (QS. Ar-Ruum {30}:43).

Begitu juga dengan analogi dan perumpamaan sederhana berikut ini, yang dapat engkau jawab dengan akalmu yang sehat. Bukankah ketika engkau ingin selamat dan tidak sudi berurusan dengan Polisi lantaran melanggar peraturan lalu lintas, maka dirimu ‘terpaksa’ mematuhinya !? Apakah dirimu akan di sebut sebagai karyawan teladan jika engkau selalu menentang perintah atasan, atau dengan begitu apakah atasan akan senang dan membiarkanmu !?

Subhanallah, lewat analogi dan perumpamaan seperti itu, ternyata dirimu T.A.K.U.T. kepada manusia yang engkau anggap patut disegani. Maka apakah pantas jika dirimu DURHAKA terhadap ketentuan-Nya, dan perkara ini merupakan penjamin bagi keselamatan dirimu sendiri !? Firman-Nya : “Maka apakah mereka mencari dien yang lain dari dien Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran {3}:83).


Oleh karena itu patuhilah syari’at Allah dan Rasul-Nya, terhadap segala sesuatu yang kita perbuat dan atau kita kerjakan ketika hidup di alam sementara ini, sebagaimana keterangan dalil-dalil berikut ini.

Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman :

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul." Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya." Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?. Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Maa’idah {5}:104-105),

Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan serulah kepada (dien) Rabb-mu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.” (QS. Al-Hajj {22}:67).

Berkenaan dengan ayat-ayat-Nya ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Siapa yang bernadzar untuk menaati Allah, maka taatlah. Siapa yang bernadzar untuk berbuat maksiat Allah, maka jangan bermaksiat.” (HR. Bukhari—Muslim, Ashhabus Sunan, dan lainnya).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : “Tidak ada nadzar pada perbuatan maksiat dan tidak pula pada sesuatu yang tidak dimiliki manusia.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad, dan Baihaqi).

 
Subhanallah, Mahasuci Allah…


Apabila kita senantiasa berlindung kepada Allah swt, serta selalu memohon taufiq dan hidayah-Nya, insyaAllah dengan begitu akan memudahkan kita untuk memahami prinsip dan argumentasi di atas. Sebab akal—hati—hingga menjadi pikiran kita, sesungguhnya dikendalikan sepenuhnya oleh Allah swt dengan segala kehendak-Nya. Ketika setiap hamba benar-benar pasrah—ikhlas—dan memohon segala hal yang baik dan benar kepada Rabb-nya, maka selanjutnya berbaik sangka-lah kepada Allah selaku Dzat Pemilik Asma’ul Husna yang diantaranya menyatakan ar-Rahman (Mahapengasih)—ar-Rahiim (Mahapenyayang)—al-Wahhaab (Mahapemberi)—al-Samii’ (Mahamendengar)—al-‘Adlu (Mahaadil)—al-Mujiib (Mahamengabulkan)— (Mahabijaksana)—al-Hakiimal-Waliyy (Mahamelindungi)—al-Shomad (Mahadibutuhkan)—serta al-Mughnii (Mahapemberi Kekayaan).

 
Ikhwaanii wa Akhwaatii yang dimuliakan oleh Allah swt…

Sesunguhnya prinsip dan argumentasi ini bukan hanya kebutuhan Broadcaster Mukmin saja, namun sungguh ia merupakan keharusan mutlak bagi profesionalisme dari jenis apapun, terutama jika mereka ingin menempatkan dirinya sebagai PROFESIONAL MUKMIN. Wallahu tabaraka wa ta’ala ‘alam…

 


Barakallaahu fiekum
Wassalamu’alaykum wr.wb.

©Muhammad Dive™

Attachment: Master Presentasi Broadcaster Mukmin (128).mp3
Attachment: 03. Presentasi Untuk Para Dosen.mp3
Attachment: 02. Debilitas Siaran Radio di Indonesia.mp3
Attachment: Demo (Cut) Siaran Live ©Abi Dive™.mp3
Attachment: ©Abi Dive™ - Virus Ganas Mengerat Siaran Radio Sekarat.mp3

Tidak ada komentar: